Jumat, 06 Juli 2012

puisi


DADA SEORANG BURONAN

I
(malam memangku celurit dari kening pendosa
ceracau angin mendesiskan pekat jiwa



dedaun bergumul perih serpihan cita
meranggas ditikam musim yang papa

doa-doa berlarian menuju bulan
bajang-bajang merangkaki khianat jaman.)

seorang dengan lubang di dada menyeret bau kamboja
jalanan jadi gemetar dan anyir
menyembunyikan langkah-langkah payah

di persimpangan dia berhenti, sekedar menguatkan doa
lalu membiarkan jejak-jejak merah melepas kakinya
hingga tiba di bibir kekasih

II

(sebuah kisah dimulai dari dosa
hingga berlarian jadi doa
mengenang bapa memikul noda
jadi jalanan fana)

seorang dengan lubang di dada menyeret bau kamboja
hatinya retak dengan wajah kekasih mengelam
karena luka hendak meminang Iklima

oh, jiwa-jiwa malam
akulah pemilik kepedihan
setelah Kabil menikam saudaranya.

III

(sesal hanya milik pengecut
wajah malam tak pernah lekang dan ciut
ia kekal dalam gelapnya
ia kekar bersama pekatnya)

seperti perjanjian kudus dalam kisah-kisah
para pendosa meniupkan cinta
dunia memuja
bajang-bajang mendo'a
dan para kekasih pun saling memburu asmara

kendal, september 2011

Tidak ada komentar:

Posting Komentar