Jumat, 06 Juli 2012

ABSURDITAS CINTA


ABSURDITAS CINTA



Karya :  Zuhrotul Makrifah





Telah begitu lama angin menyapu kesunyian di raut malam. Sebuah rindu erat dalam pelukan , seolah menunggu seseorang berkabar dan menyingkap kepedihan, setelah bermalam-malam senantiasa sunyi mengutuk sepi.



Sebuah paket tergeletak di atas meja, menyambutku dari tempat kerja. Ah, siapa pula yang iseng mengirimi paket buatku? Kubiarkan bungkusan cokelat itu tetap di meja dan segera menuju kamar mandi. Kemarau terlalu pandai membuat kusam wajahku, ditambah carut-marut rindu yang menyita paruh jiwaku.



“ kunang-kunang-Lampung”. Sepertinya aku tak asing dengan nama itu, pikirku setelah kembali menoleh bungkusan itu. Sebuah buku antologi puisi dan sebuah cincin tertata rapi di dalamnya. Aku terperanjat. Siapa pula orang iseng yang melakukan ini?. Seminggu yang lalu aku juga pernah dapat sebuah paketan yang dikirim dari luar jawa yang berisi kaos kaki serta pensil, membuatku geregetan, karena hingga kini aku tak tahu pengirimnya . Tapi sekarang, sebuah buku dan cincin? Ah, kugigit cincin itu untuk memastikan itu adalah mas asli. Dan memang benar , itu mas asli. Lalu orang gila mana yang mengirimnya untukku? Atau jangan-jangan salah kirim?.



Priska Aina

Jalan Kemuning Blok 3B

No. 24 Kangkung-Kendal

Jawa Tengah-51353



Alamat dan nama itu jelas-jelas tertuju padaku.



“Ma, paketan yang Papa kirim sudah sampai belum?” sebuah sms tiba-tiba menjawab penasaranku.

“Ah, jadi dia yang mengirim untukku?” pikirku dalam hati.



Kami bertemu dalam puisi di facebook sekitar bulan agustus 2010. Namanya Rian Mandala. Dia seorang penyair absurd yang amat tangguh pada pendirian. Namun semua itulah yang membuatku kian dekat dengannya. Setiap membaca puisinya, seolah aku merasa itu jiwaku yang menuliskannya. Imajinasi menautkan asmara yang nyata dalam nafas kami. Sekudus kepedihan-kepedihan yang kami kisahkan.

Hari demi hari merenda puisi jadi hati. Kami jatuh cinta lewat jiwa. Nyanyikan suara terpedih bagi para kekasih. Kami saling berpeluk dalam balutan jarak, tapi sungguh, kami merasa satu. Setidaknya, begitu yang ia katakan dan memang aku rasakan. Dalam nafas sunyi kami berpagut, menyatu, hingga habis. Begitulah malam-malam menautkan asmara kami.



“Ma, bagaimana kalau kita menikah saja? Aku akan datang ke Kendal untuk menemui orang tuamu. Kita menikah, lalu kau ikut aku ke Medan ya. Nanti kusiapkan rumah buatmu. Kalau kau mau kerja biar tak jenuh, aku pun bisa mencarikannya. Itu bukan hal sulit bagiku. Hanya saja, apa orang tua Mama mengijinkan Mama jadi istri ke dua? Aku sudah bisa membayangkan betapa kecewa dan terluka mereka. Ah, Ma.... lalu bagaimana?”



Pedih. Haru. Gamang. Entah siapa yang harus bertanggung jawab pada cinta ini. Tapi sunggguh aku tak ingin menyakiti istri dan anak-anaknya meski aku amat mencintainya. Kucoba jelaskan tentang ketulusan padanya, tentang cinta anak-anaknya. Senyum mereka jauh lebih mahal dibanding cinta kami. Aku tahu itu. Kami pun sama-sama diam.



“Pa, aku ingin menanyakan sesuatu yabg kurang sopan, maukah kau menjawabnya?” tanyaku suatu ketika. Dan ia mengiyakannya.

“Apa kau pernah punya kekasih selain istrimu sebelumnya?”

Pedas memang pertanyaan itu, tapi aku yakin dia terlalu tangguh untuk tidak menjawabnya.



“Pernah. Dulu aku pernah berpacaran dengan seorang penyair perempuan, dia amat dahsyat dalam sajak. Kami sangat intim. Tapi kemudian kami berpisah karena kesibukan masing-masing. Tak ada yang ditinggalkan ataupun meninggalkan . kami sama-sama keras kepala. Aku pikir takkan terulang hal demikian lagi. Tapi ternyata aku jatuh cinta padamu”



Malam dan sajak saling melilit. Degup jantungku kian cepat mendengar pengakuannya. Aku tiba-tiba ingat percakapan kami di awal jumpa dulu, tentang selingkuh. Waktu itu aku bertanya apakah orang yang pernah selingkuh bisa berubah?



“Mungkin tidak. Mungkin bisa. Tapi umumnya tidak. Dia akan selalu mencari dan mencari. Persoalannnya bukan soal setia atau tidak, tapi selingkuh lebih kepada karakter orang itu. Banyak faktor. Kurasa maaf, agaknya prilaku seks juga mempengaruhi. Orang yang gila seks akan selama-lamanya selingkuh. Sebab dia bisa merasa eksis jika kehidupan seksnya menyenangkan”.



Begitulah penjelasanmu waktu itu, waktu kita masih hanya sebatas teman. Cinta dan ketulusan adalah dua yang berbeda menurut penafsirannya. Pada akhirnya Kami memutuskan untuk setia pada jarak. Dan menikah dalam sajak.



Angin dini hari merobek resah melati, meniup perawan bagi penyair-penyair gelap, seperti nyala mataku dan hambar senyummu yang kian menyatu dalam kudus jarak.

Rupa-rupa binatang kita ajak melompati percakapan. Ada semut menangis karena terjerat rambutku, kumbang kau doakan jadi bijak, kepompong memaku sayap kita. Semua berumah pada senyap rasa, hanya perkutut yang memburu tik-tok jam.

Lalu, mengapa bibir-bibir kuncup di kertas yang kau bakar bersama hutan mereka?"Langit pasti mendesah pasrah," katamu meresapi aortaku. Dan pengantin-pengantin mengekalkan bau sorga.



                                                                        ****

Tidak ada komentar:

Posting Komentar