Sabtu, 02 Juni 2012

CATATAN RINGAN

TENTANG LIBUR DAN KABUR

Oleh : Zuhrotul Makrifah
LIBUR


Libur merupakan sesuatu hal yang paling dinantikan, sering dibicarakan, direncanakan, diangankan oleh sebagian besar Buruh Migran Indonesia yang bekerja di Taiwan sepenuh waktu. Di ujung gang sepulang dari pasar, di balkon-balkon rumah, di warung-warung Indo, beberapa BMI biasanya akan berkumpul membicarakan libur akhir pekan (bagi yang dapat jatah libur tentunya), meski akan ada pula wajah masygul dari beberapa yang tak dapat jatah libur. Tapi toh bagi mereka yang tidak dapat jatah libur, sebagai gantinya bisa menabungkan uang jatah libur mereka. Lalu apa yang patut di masygulkan? Mungkin itu semua adalah impresi dari keadaan-perasaan terkungkung dan butuh istirahat sejenak. Karena memang, otak, tubuh,pikiran, dan psikis manusia –kaum buruh termasuknya , senantiasa terbatas dan kadang sampai pada kebuntuan dan membutuhkan penyegaran. Sesuatu yang koheren tentunya.

KABUR

Secara faktualis tak dapat dipungkiri, banyak Tenaga Kerja Indonesia di Taiwan yang “merelakan diri” jadi “was-was”karena melarikan diri dari ranah perjuangan dan pertahanan “legalitas”. Mereka bersembunyi di rumah-rumah gelap yang dirasa tak terjangkau dogma dan segala tetek mbengek aturan. Berpindah dari satu kebebasan ke kebebasan yang lainnya yang tentunya tak jarang pula yang malah berahir pada sebuah penyesalan.

Dari teman-teman yang kabur dari pekerjaannya sebagian besar beralasan karena:
Majikannya galak
Majikannya cerewet
Tak ada libur
Pekerjaan yang melampaui batas
Uang gaji tidak diberikan setiap bulan
Lokasi / rumah majikan yang jauh dari kawan
dll
Serta harapan:
Biar dapat kerja yang enak
Biar dapat majikan yang pengertian
Bia dapat gaji yang lebih banyak
Dll

Meski pada kenyatannya apa yang mereka dapatkan pasca kabur, kadangkala tak lebih baik dari nasib mereka sebelum kabur, malah tak jarang pula yang berakkhir penyesalan. Karena sejatinya, kadang kala kebebasan bukanlah sesuatu yang benar-benar kita perlukan. Ada kalanya kita butuh kritik dan batasan demi keadaan yang lebih baik. Bagaimana menurut anda?

Seorang kawan pekerja migran di daerah Baoshan,Hsinchu ,pernah bercerita kepada saya tentang pengalamannya ditawari pekerjaan kaburan. “mungkin lebih dari tujuh kali saya ditawari, tapi saya tolak”, katanya pada saya dengan alasan dia tidak ingin lepas dari status legal. Berbeda lagi dengan seorang kawan di Taichung yang mengaku “saya beruntung bisa kabur, setidaknya bisa cari uang lebih lama dari batas kontrak”. Akan berbeda lagi bila saya ceritakan tentang sahabat di taipei yang tertangkap karena kabur dan mampir di Prodeo “penyesalan pun tak ada guna” katanya mencoba tabah. Sejatinya kita sendiri harus tahu baik buruk akibatnya sebelum kita melakukan sesuatu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar