Sabtu, 02 Juni 2012

CERPEN


MAK COMBLANG

Oleh: Zuhrotul Makrifah



Sebelumnya sudah kukatakan pada Minie bahwa minggu besok aku ada acara dengan beberapa rekan kantor, tapi dia tetap merengek setengah memaksa untuk membantunya menyatakan cinta pada Bima A. Romeo, seorang novelis muda di kota kami yang akhir-akhir ini mulai naik daun. Dengan beralasan bahwa aku mengenal Raras, adik Bima, Minie beranggapan bahwa aku lebih mudah menjumpai Lelaki keturunan Indo-Prancis itu.

Minie menceritakan segalanya yang ia tahu tentang Bima, mulai dari karya-karyanya sampai tetek mbengek tak penting semisal jam berapa biasanya Bima bangun pagi. Aku benar-benar tak habis pikir, cinta membuat otak Minie linglung sepertinya.

"Za, ketika kau menjumpainya, tolong katakan ya, aku amat menyukainya. Aku membaca semua karyanya. Aku selalu mengikuti kegiatannya. Dan ini", dia menyerahkan sebuah kotak padaku, " tolong berikan ini padanya ya Za".

"Kenapa tak kau temui sendiri?"

"Aku grogi. Belum siap. Hehe."

Karena telah terlanjur mengiyakan permintaan Minie, sepulang ketemuan dengan rekan-rekan kantor aku langsung menuju rumah Bima, tentu dengan terlebih dahulu menelpon Raras, memastikan bahwa aku bisa bertemu dengan kakaknya. Dengan beralasan ingin menyampaikan kiriman untuk Bima, Raras bersedia menyampaikan maksud kedatanganku dan meminta Bima untuk menungguku.

Hanya sepuluh menit naik bus dan aku telah sampai di depan rumah Raras. Aku tak tahu, tiba-tiba rasa penasaran dan deg-degan muncul begitu saja. Secara, selama ini setiap aku ke rumah Raras, aku belu pernah bertemu Bima. Kata Raras, dia kuliyah di UGM dan hanya pulang tiap lebaran saja.

Aku menekan bel, tanpa kuduga seorang lelaki tegap membuka pintu. Ia tersenyum padaku.

"Zahra ya? mari masuk?". Bengong. "Hei, sini masuk__"

"Oh, iya".

"Raras barusan ditelpon Ibu suruh jemput beliau ke pasar", Bima menjelaskan, "Raras bilang kau ingin menemuiku, ada apa?"

"Emm.. Aku hanya ingin bertemu saja, selama ini aku mengagumi karya-karyamu lho. Aku membaca semua novelmu. Boleh dong pingin ketemu idolaku itu. Hehe".

Bima ternyata sangat respek ketika kuceritakan tentang antusiasmeku pada sastra, sesuatu hal yang sesungguhnya hanya aku tahu dari Minie. Obrolan kami mengalir sangat santai sampai bima menanyakan tentang bingkisan yang kubawa,

"Apa yang kau bawa Zahra? Apa itu untukku?", katanya menggoda.

"Eh, iya, sampai lupa. Aku sengaja menyiapkan bingkisan ini buatmu".

Bima tersenyum. Dan diluar dugaan dia mengecup pipiku.

"Thanks ya", katanya berbisik.

Kami semakin larut dalam obrolan seolah telah kenal lama sebelumnya. Dan sebelum pulang kami sempat bertukar nomor HP untuk melanjutkan obrolan selanjutnya. Aku tiba-tiba tak bisa mengerti apa yang kurasakan. Ah,__

Diperjalanan pulang aku sempat teringat Minie, "Ah, maafkan aku Minie. Kau yang memaksaku menemui dia, bukan? Maaf".

******

Kisah ini terispirasi lagunya POTRET "MAK COMBLANG"

Tidak ada komentar:

Posting Komentar