PATAH
HATI
Sebuah
sesal memang tak akan muncul di depan. Ia selalu muncul belakangan dan membuat
kita merasa seperti orang yang telah keterlaluan. Tapi percayalah segala kisah
hidup yang terjadi, pedih maupun senang akan membentuk kita menjadi suatu pribadi.
Seperti patah hati misalnya. Apakah
anda masih ingat kapan pertama kali anda patah hati? Saya yakin jawabannya :
iya. Karena itu adalah masa yang terasa amat sakit, bukan? Seakan-akan
segalanya jadi amat pedih. Mungkin, sebagian dari anda pernah merasa atau pun
mengatakan “ mungkin lebih baik mati sekalian saja”, ketika patah hati
untuk yang pertama kali. Tapi, jika kembali kita mau mengevaluasi dan mengakui,
pada hakekatnya setelah kita mampu menerima kenyataan dan keluar dari kekalutan
itu, maka pada saat itu kita telah melalui satu frasa penting dalam hidup kita
yaitu: menerima bahwa, patah hati ternyata tak separah yang dibayangkan
sebelumnya.
Memangnya, apa yang dibayangkan
sebelumnya tentang patah hati?
Memang
tidak semua orang pernah membayangkan sebelumnya tentang patah hati sebelum
kejadian itu menimpa hidup kita. Tapi sebagian besar orang yang pernah
membayangkannya, maka ia akan berusaha menjadi kekasih sebaik mungkin bagi
pacar pertamanya. Iya akan seolah-olah berusaha menghindari serta melakukan hal
apapun agar bisa mencegah perpisahan.
Tapi percayalah, masa itu pasti akan
berakhir, kecuali jika anda tidak sabar dan buru-buru mengakhiri hidup, itu
lain lagi ceritanya. Dan ketika semua telah berakhir anda akan belajar bahwa
ternyata itu hanyalah suatu frasa saja yang harus anda lalui untuk menjadi
lebih dewasa soal hubungan dengan lawan jenis.
Meski memang, pandangan hidup setiap
orang itu beragam, sebut saja tentang kawan saya yang bernama Pita(bukan nama
sebenarnya), karena patah hati pada cinta pertama yang ternyata juga telah
merenggut kesuciannya, ia jadi trauma pada lawan jenis dan seolah membuat
sebuah sekat atau tembok penghalang bagi dirinya sendiri untuk berkomunikasi
dengan enjoy pada lawan jenis. Hal tersebut ternyata semakin lama semakin
memburuk, bahkan pada akhirnya membuatnya terjebak pada hubungan sesama jenis.
“Awalnya aku tak ada niat buat LB(lesby-red),
aku malahan ingin mengingatkan gadis itu agar putus dengan pacar LBnya karena
itu dilarang agama. Tapi entah mengapa, ternyata aku sendiri yang tanpa sadar
malah lengket sama gadis itu. Mungkin karena traumaku pada lelaki terlalu dalam
sehingga aku merasa lebih nyaman berhubungan dengan sesama jenis”, ceritanya
kepada saya suatu malam.
Saya sangat meyayangkan sekali atas
apa yang terjadi pada kawan saya tersebut, dan tentu juga berharap semoga
kawan-kawan yang lain tidak terjebak hal yang sama karena patah hati belaka. Kalau
kawan-kawan mau lebih membuka mata, di dunia ini orang yang pernah patah hati
tidak cuma anda seorang, saya dan yang lain juga pernah patah hati(kecuali yang
belum pernah). Jadi, luaskanlah wawasan, biasakan membuka diri dan jangan
buru-buru larut pada keputusan yang pada akhirnya hanya berbuah penyesalan.
Patah hati menurut saya ribadi tak lain
adalah cara Allah untuk mengajari kita tabah menerima kenyataan dan berlapang
dada. Maka,” jangan pernah menyerah! Bertahanlah! Lalu bangkit. Insya
Allah kita akan jadi pemenang kehidupan.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar